Akhiri Imperialisme Kapitalis Global
oleh Vian Dokend pada 5 Juni 2012 pukul 18:12 ·
NEGARA AMERIKA DIBANGUN DARI EMAS PAPUA
Aktivis Dakwah Papua yang juga anggota Majlis Muslim Papua ( MMP )
Freeport
adalah pertambangan emas terbesar di dunia! Namun termurah dalam
biaya operasionalnya. Sebagian kebesaran dan kemegahan Amerika
sekarang ini adalah hasil perampokan resmi mereka atas gunung emas di
Papua tersebut. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri
ini, para jenderal dan juga para politisi busuk, yang bisa menikmati
hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. Mereka
ini tidak lebih baik daripada seekor lintah!
Akhir
tahun 1996, sebuah tulisan bagus oleh Lisa Pease yang dimuat dalam
majalah Probe. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di
Washington DC. Judul tulisan tersebut adalah !0JFK, Indonesia, CIA
and Freeport.!1
Walau dominasi Freeport atas
gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di
negeri ini sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dalam tulisannya,
Lisa Pease mendapatkan temuan jika Freeport Sulphur, demikian nama
perusahaan itu awalnya, nyaris bangrut berkeping-keping ketika
terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959.
Saat
itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh
Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan.
Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel
produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut
Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya
pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui
kegagalan.
Ditengah situasi yang penuh
ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai
Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur
pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu
Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian
atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean
Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah
dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu
saja di perpustakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan
penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan
berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pemimpin Freeport Sulphur
itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques
Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah.
Tidak seperti wilayah lainnya diseluruh dunia, maka kandungan biji
tembaga yang ada disekujur tubuh Gunung Ersberg itu terhampar di atas
permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal
itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian
Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika
kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali
dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.
Selama
beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survey dengan seksama atas
Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak
ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper
Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar
yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta
karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah
disekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Wilson
juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain
dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih
emas dan perak!! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi
nama GOLD MOUNTAIN, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar
pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar
dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Pimpinan Freeport Sulphur
ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur
meneken kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi
gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur
mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya
di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah
mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno
malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya
Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald
Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah
spertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda, akan
menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian
Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk
membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang
Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Ketika
itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya
mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda
mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang
diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang
ada di gunung tersebut.
Dampak dari sikap
Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama
dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pemimpin Freeport
jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket
bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan
IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Segalanya
berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas
ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan
Kennedy merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan
kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan
politik di Amerika.
Presiden Johnson yang
menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak belakang dengan
pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada
Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang
keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS
tahun 1964, adalah Augustus C.Long, salah seorang anggota dewan
direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang
punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan
Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan
dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961
memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan
60persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex
sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas
sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C.Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya.
http://berita.liputan6/. com/progsus/ 200209/41945/ class=%27vidico% 27
Mungkin
suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C.Long juga aktif di
Presbysterian Hospital di NY dimana dia pernah dua kali menjadi
presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini
merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Lisa
Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara
tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pemimpin
Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di
Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial.
Pease
mendapatkan data jika pada Maret 1965, Augustus C.Long terpilih
sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller.
Augustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat
intelejen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini
memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di
Negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang
merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan
menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our
Local Army Friend.
Salah satu bukti sebuah
telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang
menyatakan jika kelompok Jendral Suharto akan mendesak angkatan darat
agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan.
Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu
benar adanya.
Awal November 1965, satu bulan
setelah tragedi terbunuhnya sejumlah perwira loyalis Soekarno, Forbes
Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport,
Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap
mengekplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika
itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967,
lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh
ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan
jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak
dengan tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah
Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija.
Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu
Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di
dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran
operasional mereka.
Sebab itulah, ketika UU no
1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di
Jenewa-Swiss yang didektekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka
perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto
adalah Freeport!. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru
dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan
asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa,
kontrak-kontrak seperti itu malah merugikan Indonesia.
Untuk
membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport mengandeng
Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA.
Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan
Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional
di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng
McMoran milik !0Jim Bob!1 Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia
dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun.
Tahun
1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A.Maley, menulis
sebuah buku berjudul !0Grasberg!1 setelab 384 halaman dan memaparkan
jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki deposit terbesar di
dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga
terbesar didunia.
Maley menulis, data tahun 1995
menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga
sebesar 40,3 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun
ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya
produksi tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang ada di Irian
Barat itu merupakan yang termurah di dunia!!
Istilah
Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya
EMASPURA. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga
mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di
permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru
menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau
kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari
Grasberg-Tembagapur a sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut
Arafuru dimana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan mengangkut
emas dan tembaga itu ke Amerika. Ini sungguh-sungguh perampokan besar
yang direstui oleh pemerintah Indonesia sampai sekarang!!!
Kesaksian
seorang reporter CNN yang diizinkan meliput areal tambang emas
Freeport dari udara. Dengan helikopter ia meliput gunung emas
tersebut yang ditahun 1990-an sudah berubah menjadi lembah yang dalam.
Semua emas, perak, dan tembaga yang ada digunung tersebut telah
dibawa kabur ke Amerika, meninggalkan limbah beracun yang mencemari
sungai-sungai dan tanah-tanah orang Papua yang sampai detik ini masih
saja hidup bagai di zaman batu.
Freeport merupakan
lading uang haram bagi para pejabat negeri ini, yang dari sipil
maupun militer. Sejak 1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di
dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk memperkaya diri
sendiri dan keluarganya. Freeport McMoran senidir telah menganggarkan
dana untuk itu yang walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun
bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari tambang itu
memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang
harus dibereskan terlebih dahulu.